Kamis, 19 Mei 2011

INCEST DALAM AL-QUR'AN VERSUS ALKITAB

INCEST DALAM AL-QUR'AN VERSUS ALKITAB

Tak seorang pun dari
umat Kristen yang tertarik untuk membaca ayat-ayat Alkitab tentang incest (hubungan suami-istri) anak-anak Adam yang melahirkan keturunan bagi mereka. Demikian juga dengan umat Islam, tak ada yang tertarik untuk membaca ayat-ayat Al-Qur'an tentang hal tersebut. Namun demikian, uraian singkat di bawah ini, menunjukkan bahwa persoalan incest tersebut sangatlah penting dan prinsipil khususnya berkaitan dengan keabsahan firman Tuhan dalam sebuah kitab suci. Uraian di bawah ini, dengan jelas menunjukkan kelogisan dan kemustahilan ayat-ayat firman Tuhan dalam sebuah kitab suci.   

INCEST DALAM AL-QUR'AN 

Catatan Al-Qur'an mengenai persoalan incest anak-anak Adam dijelaskan secara umum dan sangat singkat. Mengingat hal ini, ada baiknya kita uraikan persoalan incest tersebut dimulai dari proses kejadian awal manusia (Adam dan Hawa) hingga incest anak-anak mereka: 
Pertama, Allah menciptakan Adam dari tanah (QS. 3:59; 15:28; 55:14; 37:11; 15:29, 71:17; 32:7; 32:9).  
Kedua, Allah menciptakan Hawa dari diri Adam (QS. 4:1; 39:6).  
Ketiga, Adam dan Hawa berinses sebagai suami-istri yang memperkembangbiakkan manusia, laki-laki dan perempuan. Diantara mereka saling berinses sehingga bertambah banyak seperti sekarang ini.  
"Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri (Adam), dan dari padanya Allah menciptakan isterinya (Hawa); dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu." (QS. 4:1)  
Incest anak-anak Adam dalam Al-Qur'an hanya dapat diketahui dari QS. 4:1 sebagaimana dikutip ayatnya di atas. Selebihnya, Al-Qur'an tidak menjelaskannya. Namun demikian, adalah hak Allah untuk menjelaskan atau tidak tentang incest anak-anak Adam ini, tetapi yang terpenting adalah bahwa Al-Qur'an sudah menjelaskan kepada umat manusia bahwa manusia pertama di dunia ini adalah Adam. Kemudian, dari diri Adam diciptakanlah Hawa sebagai istrinya. Dari keduanya, Allah memperkembangbiakkan manusia hingga sebanyak sekarang ini. 

Reproduksi manusia melalui incest menurut ayat-ayat Al-Qur'an di atas, meski hanya secara singkat, cukuplah
logis mengingat Al-Qur'an bukanlah buku sex yang menjelaskan proses reproduksi, tetapi sebuah kitab suci yang secara khusus diturunkan untuk menyeru jin dan manusia agar hanya menyembah kepada Allah saja. Disamping juga berbagai perintah dan larangan serta ancaman. Namun demikian, ajaran inti Al-Qur'an adalah ajaran Tauhid, yakni bahwa tidak ada tuhan selain Allah. Dialah Raja yang sebenar-benarnya di jagat raya ini. Karena itu, sembahlah Dia saja, Tuhan pencipta semesta alam. 

INCEST DALAM ALKITAB 

Sebelum membahas persoalan incest dalam Alkitab, terlebih dahulu perhatikan dan cermati baik-baik ayat-ayat
Kitab Kejadian berikut ini:  4:1. Kemudian manusia itu bersetubuh dengan Hawa, isterinya, dan mengandunglah perempuan itu, lalu melahirkan Kain; maka kata perempuan itu: "Aku telah mendapat seorang anak laki-laki dengan pertolongan TUHAN." 
4:2 Selanjutnya dilahirkannyalah Habel, adik Kain; dan Habel menjadi gembala kambing domba, Kain menjadi petani.  

4:8. Kata Kain kepada Habel, adiknya: "Marilah kita pergi ke padang." Ketika mereka ada di padang, tiba-tiba Kain memukul Habel, adiknya itu, lalu membunuh dia.  

4:16. Lalu Kain pergi dari hadapan TUHAN dan ia menetap di tanah Nod, di sebelah timur Eden. 
4:17 Kain bersetubuh dengan isterinya dan mengandunglah perempuan itu, lalu melahirkan Henokh; kemudian Kain mendirikan suatu kota dan dinamainya kota itu Henokh, menurut nama anaknya. 

4:25. Adam bersetubuh pula dengan isterinya, lalu perempuan itu melahirkan seorang anak laki-laki dan menamainya Set, sebab katanya: "Allah telah mengaruniakan kepadaku anak yang lain sebagai ganti Habel; sebab Kain telah membunuhnya." 

5:3 Setelah Adam hidup seratus tiga puluh tahun, ia memperanakkan seorang laki-laki menurut rupa dan gambarnya, lalu memberi nama Set kepadanya. 
5:4 Umur Adam, setelah memperanakkan Set, delapan ratus tahun, dan ia memperanakkan anak-anak lelaki dan perempuan. 
5:5 Jadi Adam mencapai umur sembilan ratus tiga puluh tahun, lalu ia mati.
**  
5:6. Setelah Set hidup seratus lima tahun, ia memperanakkan Enos. 

Dari ayat-ayat Kitab Kejadian di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut: 

- Nama anak-anak Adam berturut-turut adalah: Kain (laki-laki), Habel (laki-laki), dan Set (laki-laki). 
- Umur Adam 130 tahun ketika memperanakkan Set (laki-laki). 
- Umur Adam 235 tahun ketika Set memperanakkan Enos.  
- Setelah umur Adam 800 tahun, ia memperanakkan anak-anak lelaki dan perempuan. 
KEMUSTAHILAN CATATAN ALKITAB TENTANG INCEST 

Berdasarkan kesimpulan di atas, tanpa bisa dibantah lagi, terdapat
dua kemustahilan catatan Alkitab berkaitan dengan incest anak-anak Adam, yaitu: 
Pertama, kemustahilan incest Set yang memperanakkan Enos.  

Sebagaimana disimpulkan di atas, ketika umur Adam 235 tahun, Set memperanakkan Enos, padahal Adam belum memperanakkan anak perempuan hingga umur 800 tahun. Lalu, dengan siapa Set berincest sehingga memperanakkan Enos? Tentu, ini sebuah kemustahilan catatan Alkitab.  
Kedua, kemustahilan incest Kain yang memperanakkan Henokh. 

Sebagaimana dijelaskan Alkitab, Adam baru memperanakkan anak perempuan ketika ia berumur 800 tahun. Adam memperanakkan putra ketiganya, Set, ketika ia berumur 130 tahun. Dengan demikian, maka Adam memeperanakkan putra pertamanya, Kain, jauh sebelum umur Adam mencapai 130 tahun. 

Jika diasumsikan umur Adam 120 tahun ketika mempertanakkan Kain, dan anak perempuan pertama Adam berumur 20 tahun ketika diambil istri oleh Kain, maka umur Kain ketika berincest dengan istrinya adalah 700 tahun. Sebuah catatan yang tidak masuk akal! Seorang laki-laki normal harus menunggu waktu selama 700 tahun untuk berincest dengan pasangannya. 

Lebih jauh, Alkitab mencatat bahwa Kain pergi dan menetap di tanah Nod dan beranak-cucu di sana hingga mendirikan sebuah kota yang bernama Henokh. Dari mana Kain mendapatkan istrinya? Bukankah manusia pertama menurut Alkitab adalah Adam? 

Dengan demikian, jelaslah bahwa
ayat-ayat Alkitab di atas sama sekali bukan firman Tuhan, karena mengandung catatan kemustahilan yang sangat fatal. Ayat-ayat di atas, tampaknya lebih merupakan penjabaran dari firman Tuhan yang sebenarnya yang telah dicorengkan secara ngawur oleh tangan-tangan jahil Bani Israel dalam Kitab Kejadian. 
Pantaskah manusia beriman pada kemustahilan firman Tuhan dalam Alkitab?  

Keterangan:
**Kejadian 5:1-5 adalah berasal dari Sumber P, ayat-ayat selanjutnya sampai dengan Kejadian 5:32 menggunakan Sumber E. Akibatnya, redaksinya menjadi kacau balau dan menimbulkan kontradiksi yang sangat fatal.



Wassalaam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar