Minggu, 22 Mei 2011

Makna "Kalimat" daripada-Nya

Apakah maksud 'kalimat' dalam ayat yang artinya: "(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya al­Masih'Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan diakhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah)" 34 dan apa maksud kata 'wajih/wijahah' (terkenal ) serta kata 'qurba' (dekat)?

Jawab:


Kata `kalimah' (kalimat) adalah bentuk tunggal, dan bentuk jamaknya adalah `kalimat'. Maksudnya adalah, bahwa nabi Isa diciptakan dengan kalimat, maka dijulukilah nabi Isa dengan `Kalimatullah' (kalimat Allah), sebab nabi Isa diciptakan dan diadakan dengan kalimat `kun' (kata perintah artinya: Jadilah!). Oleh sebab itu, Allah berfirman tentang Yahya: "Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah" 35 , maksudnya, membenarkan Isa yang diciptakan dengan kalimat Allah. Oleh karena itulah ayat tersebut secara lengkapnya mengatakan demikian: Allah menggembirakanmu dengan kelahiran anak laki-laki yang kehadirannya melalui kalimat Allah, yaitu kalimat `kun, fayakun'. Begitu juga dengan maksud ayat:

"Sesungguhnya al-Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan­Nya kepada Maryam.. . " 36  maksudnya, diciptakan dengan kalimat yang dibawa Jibril as. kepada Maryam. Kalimat itu turun hingga menyentuh faraj Maryam, seperti layaknya pertemuan antara ayah dan ibu. Dengan sebab itu dinamailah Isa dengan `Kalimatullah', karena wujudnya ada dari kalimat `kun', seperti disebutkan dalam ayat yang artinya: "Sesungguhnya penciptaan `Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia." 37

Nabi Isa bukan kalimat itu sendiri, tapi diciptakan dengan sebab kalimat. Kalimat bukan makhluk, tetapi Isa diciptakan dengan Kalimat. Kalimat berasal dari Allah untuk menciptakan sekalian makhluk, sebagaimana dijelaskan dalam ayat yang artinya: "Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia". 38

Menurut kolompok yang menamakan dirinya al-Jahmiyah, Kalimat adalah makhluk. Sementara itu menurut umat Nasrani, Kalimat Allah berasal dari Dzat Allah. Yang benar adalah paham Ahlussunah: Kalamullah termasuk sifat (kebesaran) Allah, bukan makhluk. Isa diciptakan dengan Kalimat, dan Isa bukanlah kalimat itu sendiri, berbeda jauh dengan yang dipahami umat Nasrani.

Berikutnya, pengertian `seorang terkemuka di dunia dan diakhirat', maksudnya adalah nabi Isa mempunyai martabat, kedudukan dan kemuliaan di sisi Allah, seperti halnya nabi Musa dalam ayat yang artinya: "...Dan adalah dia seorang yang mempunyai kedudukan terhormat disisi Allah". Di antara bukti kedudukan terhormat ini ialah dukungan yang diberikan kepada Musa berupa mukjizat-mukjizat, keteguhannya dalam berdebat melawan kaumnya. Begitu juga dengan kemutajaban doa Musa, pertolongan, pemeliharaan dan penjaagaan dari musuh-musuh Allah yang berupaya mengalahkannya. Dengan alasan yang hampir serupa dengan diterima nabi Musa, maka nabi Isa pun mendapat penjagaan dan pengawasan Allah dari tipuan dan kebencian or­ang Yahudi, tetapi bentuk kedudukan yang tinggi ini tidak mesti ditujukan doa kepada nabi Isa dan ia tidak mesti diserahi hak yang pada dasarnya hak kebesaran Allah.

Kita juga tidak perlu meragukan, bahwa nabi Muhammad saw. memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Allah seperti halnya nabi­nabi yang lain. Meskipun nabi Muhammad memiliki kedudukan mulia, kita dilaranag bertawassul dengan kedudukan itu. Untuk itulah, kita dilarang berdoa dengan redaksi: "Ya Allah, aku memohon kepada-Mu berkat kemuliaan si Fulan, atau berkat martabatnya di sisi-Mu." Pasalnya, kalimat doa seperti ini berarti mengagungkan `fulan' tersebut. Sedangkan yang berhak diagungkan seratus persen adalah Allah. Adapun hadits Rasulullah yang mengatakan dengan redaksi: "Apabila kamu berdoa kepada Allah, mintalah dengan menyebut kedudukanku, sesungguhnya kedudukanku mulia di sisi Allah", merupakan hadits yang maudhu' (hadits palsu, hasil karangan manusia, atau ucapan seseorang yang disandarkan kepada nabi Muhammad). Hukum hadits maudhu' dilarang meriwayatkannya kecuali disertai keterangan status hadits tersebut sebagai hadits maudhu'. 39

Adapun maksud kalimat "termasuk orang-orang yang didekatkan" dalam ayat yang sedang dibicarakan, bahwa nabi Isa adalah orang yang mendapat kebahagiaan, mendapat keistimewaan kedekataan, martabat yang tinggi di surga yang diterangkan sebagai balasan amal kebaikan dalam ayat: "adapun jika dia (orang yang mati) termasuk orang yang didekatkan (kepada Allah), maka dia memperoleh rezki serta surga kenikmatan." 40  Kedekatan di sisi Allah adalah martabat tertinggi, yaitu martabat para nabi, para shiddiq, para syahid, orang-orang shalih yang dinyatakan mendapat pahala dalam firman Allah: "(yaitu) mata air yang minum dari padanya orang-orang yang didekatkan kepada Allah." 41  Wallahu'alam.


34. QS. Ali `Imran 3 : 45.
35. QS. Ali `Imran 3 : 39.
36. QS. an-Nisa' 4 : 171.
37. QS. Ali `Imran 3 : 59.
38. QS. Yaasin 36:82.
39. Syaikhul lslam Ibnu Taimiyah, dalam risalah `Qa'idah Jalilah fi at-Tawassul wa al­Wasilah' halaman 147, menulis tanggapan terhadap hadits tersebut: ...ini bukan hadits, tidak ditemukan dalam kitab-kitab hadits kaum muslimin yang mendapat keabsahan dari ulama hadits. Perkataan ini juga tidak pernah ditulis ahlul ilm dan ahli hadits. Dan Syaikh al-Bani, dalam buku `Silsilah al-Ahadits Ad-Dha'ifah wa a!­Maudu'ah' (seri hadits-hadits lemah dan hadits palsu) jld. 1 hal. 30, menulis: Hadits ini tidak mempunyai dasar akurat.
40. QS. al-Waqi'ah 56 : 89.
41. QS. al-Muthaffifin 83 : 28.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar