Jumat, 20 Mei 2011

DISTORSI NUBUAT MARKUS 3:


ISAPAN JEMPOL

Penyusun injil Markus melaporkan sebuah situasi, dimana para juru tulis dan kaum farisi Yahudi bertanya kepada Yesus mengenai kelalaian murid-muridnya dalam melaksanakan aspek-aspek tertentu dari "tradisi nenek moyang". Konon, Yesus kemudian menggunakan kesempatan ini untuk menentang kemunafikan religius orang-orang yang bertanya kepadanya dengan mengutip perilaku orang-orang yang bertanya kepadanya sebagai pemenuhan nubuat berdasarkan ayat Yesaya.  
Jawab-Nya kepada mereka: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia." (Markus 7:6-8) 
Ayat Yesaya tersebut, sebagaimana tampak dalam Markus dan Matius, agaknya diambil dari
Septuaginta Perjanjian Lama berbahasa Yunani (Fenton JC [1973]). Pernyataan sebenarnya Yesaya dikutip di bawah ini : 
Dan Tuhan telah berfirman: "Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan, maka sebab itu, sesungguhnya, Aku akan melakukan pula hal-hal yang ajaib kepada bangsa ini, keajaiban yang menakjubkan; hikmat orang-orangnya yang berhikmat akan hilang, dan kearifan orang-orangnya yang arif akan bersembunyi." (Yesaya 29:13-14)

Sebagian perubahan dalam teks Yesaya tersebut bisa dicermati antara teks berbahasa Ibrani yang dikutip langsung di atas, dan teks
Septuaginta berbahasa Yunani yang dikutip Markus. Namun demikian, pada umumnya, keterangan tersebut tidak mengalami distorsi, dan juga tidak dikutip di luar konteks yang sebenarnya. Masalahnya adalah bahwa keterangan tersebut bisa diterapkan kepada orang-orang munafik yang ditemui oleh seluruh nabi Allah, bukan hanya mereka yang ditemui oleh Yesus. Kita bisa dengan mudah membayangkan kata-kata ini berasal dari Yohanes Pembaptis, Muhammad, dan para nabi/rasul lainnya. 
Beberapa saat kemudian, Markus menyatakan bahwa Yesus membuat swa-pernyataan menyangkut pemenuhan nubuat. Satu-satunya konteks yang diterapkan Markus untuk swa-pernyataan ini adalah konteks yang mengikuti perumpamaan para penyewa yang jahat. 
Tidak pernahkah kamu membaca nas ini: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita." Lalu mereka berusaha untuk menangkap Yesus, karena mereka tahu, bahwa merekalah yang dimaksudkan-Nya dengan perumpamaan itu. Tetapi mereka takut kepada orang banyak, jadi mereka pergi dan membiarkan Dia. (Markus 12:10-12)

Keterangan yang di dibicarakan ini dikutip dari
Kitab Mazmur dalam Perjanjian Lama, dan dikutip di bawah ini. 
Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru. Hal itu terjadi dari pihak TUHAN, suatu perbuatan ajaib di mata kita. (Mazmur 118:22-23) 

Markus cukup akurat ketika mengutip ayat dari Mazmur tersebut, yang tampaknya diterapkan untuk Yesus. Menarik untuk dicatat bahwa Matius dan Lukas juga melaporkan pernyataan dari Mazmur ini pada titik yang sama dalam kehidupan Yesus (Matius 21:42-44 dan Lukas 20:9-19). Namun,
ayat ini masih sangat umum untuk hanya diterapkan pada Yesus karena ayat tersebut bisa diterapkan kepada hampir seluruh nabi Allah, yang masing-masing ditolak pada zamannya oleh orang-orang yang menjadi sasaran pengusutannya. Misalnya, keterangan tersebut juga bisa diterapkan kepada penolakan terhadap Nabi Muhammad oleh kaum Quraisy sebelum beliau hijrah dari Mekah ke Madinah. Keterangan yang sama juga dapat diterapkan kepada penolakan terhadap Raja Daud, Ayub, Musa, Ibrahim, dan sebagainya, oleh kaumnya masing-masing.  




Wassalaam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar